Seorang wanita yang menyusui anak bayinya memerlukan lebih banyak kalori untuk bisa menghasilkan ASI. Jika tidak, pasokan susu bisa terlalu rendah atau susu bahkan bisa menghilang. Agar lebih sempurna dalam memberikan ASI, seorang wanita menyusui membutuhkan 500 kalori per hari lebih dalam asupan kehamilannya. Sehingga jumlahnya adalah kalori yang tersimpan oleh tubuh selama kehamilan plus tambahan 500 kalori membuat susu. Namun, selain kalori dan tambahan kalori, wanita menyusui membutuhkan lebih banyak protein dan kalsium dalam makanannya.
Ibu menyusui juga membutuhkan lebih banyak makanan kaya vitamin dan lebih banyak cairan. Dia harus membiarkan berat badannya naik untuk menyesuaikan jumlah kalori tubuhnya untuk pasokan ASI yang cukup. Ibu menyusui tidak harus membatasi berat badannya dan menjaga diet. Kehilangan berat badan justru dapat mengakibatkan masalah saat menyusui. Sebagai acuan, berat dari wanita menyusui adalah 3-7 kg di atas berat kehamilannya. Berat badannya juga sangat berpengaruh terhadap jumlah susu yang di hasilkan bagi bayinya. Jadi, untuk menghindari ASI menghilang dia harus makan diet seimbang dan bervariasi, terus mengambil vitamin prenatal, hindari makanan berkalori kosong dan junk food, serta minum air yang cukup.
Apa makanan dan obat yang harus ibu menyusui hindari? Pertama-tama, menyusui dan rokok tidak akan sejalan. Merokok tidak hanya meningkatkan kemungkinan diare dan gejala kolik pada bayi, tetapi merokok juga mengurangi produksi susu. Serta mengurangi jumlah vitamin C dalam ASI.
Ibu menyusui juga harus menghindari teh, kopi, cokelat dan cola jika dia mencurigai makanan tersebut mempengaruhi bayi. Beberapa wanita yang minum terlalu banyak alkohol dan kopi terbukti memiliki masalah dengan produksi ASI pada hari berikutnya.
Akhirnya, ibu menyusui tidak harus mengkonsumsi herbal, obat-obatan dan suplemen vitamin untuk meningkatkan volume air ASI kecuali vitamin prenatal hasil dari konsultasi dengan dokter. Faktanya adalah bahwa hampir semua zat dari obat yang dikonsumsi oleh ibu masuk ke dalam ASI. Beberapa dari mereka mungkin memiliki efek yang merugikan tidak hanya pada kesehatan bayi, tetapi pada jumlah pasokan ASI.
0 komentar:
Post a Comment